SEMBILAN TAHUN

Tak ada yang bisa...
menggantikan dirimu.

Tak ada yang bisa...
membuat diriku...
jauh darimu.

Tak ada yang bisa...
menggantikan hatimu.

Aku mendengarkan lagu Tak ada yang bisa oleh Andra And The Backbone bersama istriku. Ingatanku melayang ke peristiwa-peristiwa yg kualami 9 tahun terakhir ini.

Sembilan tahun ! Bukan waktu yang sebentar. Sembilan tahun yg lalu aku menyongsong abad baru masih dalam bayang-bayang skripsi yang nyaris tidak selesai. Namun seringkali rasanya seperti baru kemarin aku baru menyelesaikan skripsi tsb. Apa saja yg kualami setelah itu ?

Aku mengalami hidup itu seperti roda, bisa di atas dan di bawah. Sembilan tahun cukup untuk membentuk diriku, membaharuiku. Tidak selalu enak memang, tapi itulah hidup.

Tahun 2001 pertama kali aku jauh dari ortu dalam arti sebenar-benarnya. Selama ini aku merasa bisa pulang kapan saja, tokh Surabaya cuma dua jam dari Malang. Aku mendapat pekerjaan di Bandar Lampung. Terakhir aku ke Jakarta waktu SMP, dan sampai akhir kuliah pergi dan tinggal di Jakarta hanya impian seorang Christian Yuliandi, tetapi tahun 2001 aku merantau beberapa ratus kilometer lebih jauh : ke Bandar Lampung !! Pulau Sumatra memang bukan tempat asing bagiku yang pernah 2,5 tahun mengenyam pendidikan SD di Medan, namun bagaimanapun itu tetap tantangan baru untuk seorang fresh graduate.

Aku mendapat teman-teman baru, juga masalah-masalah baru untuk kuhadapi. Dua tahun aku di Bandar Lampung, akhirnya tahun 2003 aku kembali ke Surabaya, dan berlawanan dengan perkiraanku, masalah-masalah kehidupan ternyata tidak berhenti di situ, tetapi seperti membuntutiku ke manapun aku pergi. Di Surabaya aku mendapat karir yg lebih baik, berpacaran, menikah, dan berkeluarga, disertai bayang-bayang masalah yang sepertinya tidak ada habis-habisnya. Aku seringkali bertanya, mengeluh pada Tuhan, mengapa aku harus mengalami semua ini, terlalu berat kurasa, bahkan kurasakan sebagai kesia-siaan !! Aku ingin kembali ke masa-masa seperti waktu kuliah dan lajang, dimana hidup lebih mudah, lebih mulus tidak banyak hambatan. Tuhan tidak menjawab dengan kata-kata, tetapi tanganNya selalu bekerja atas kehidupanku. Kadang aku sadar, kadang tidak.

Selalu ada pencerahan bagi setiap insan, dan akupun tidak terkecuali. Libur Lebaran kemarin aku membuka-buka album foto lamaku semasa kecil. Aku seperti menemukan diriku kembali di situ, rasanya seperti Tuhan menjawab banyak kegundahanku selama ini. Tangan Tuhan tidak pernah berhenti bekerja, sampai sekarang. Aku mendapat semangat baru dari situ, dan aku bersyukur karena Tuhan tidak pernah meninggalkanku.

Sembilan tahun terakhir kehidupanku ternyata memang sangat berarti, bukan sebuah kesia-siaan. Aku pantas bersyukur, ada keluarga, istri yang mendampingiku, dan anak yang selalu mencari dan memanggil-manggil papanya bila aku pulang. Aku bersyukur atas istriku yang baik dan setia, yang mampu mendampingi dalam semua masalah-masalah kehidupanku, dan inilah perasaanku terhadap dirinya :

Tak ada yang bisa...
menggantikan dirimu.

Tak ada yang bisa...
membuat diriku...
jauh darimu.

Tak ada yang bisa...
menggantikan hatimu.

(oleh Andra And The Backbone)

Surabaya, 29 September 2009

Read Users' Comments (1)komentar

Surabaya-Malang tahun 1980-90an

Bagaimana Surabaya dulu ? Mungkin rekans yang berasal dari luar kota tidak tahu bagaimana Surabaya dahulu ? Berikut kenangan masa kecil saya tentang Surabaya (dan Jatim pada umumnya, khususnya Malang) :

1. Tunjungan Plaza (TP) adalah mall tertua yg masih berdiri di Surabaya. Sebelum TP sudah ada toko lain yang juga cukup fenomenal, yaitu TokoNam, yang sekarang sudah diruntuhkan tinggal facadenya saja di pojokan Basuki Rahmat dan Embong Malang. TokoNam cukup lengkap untuk jamannya, sudah ada food court, parkir yang luas (untuk jaman itu), serta menjual barang2 specialty dalam rak spt hipermarket. TokoNam waktu itu mayoritas menjual barang impor, sehingga hanya kalangan berduit yang bisa berbelanja dengan puas di sana.

2. Dulu bahan2 seperti beras, gula, tepung, ikan, daging, telur, kecap, saos, bawang, buah, roti, dll. tidak akan kita temukan di supermarket (hipermarket). Jualnya di tempat2 terpisah. Beras, daging, ikan, bawang di pasar, kecap & saos di toko kelontong, tepung di toko kue, roti di bakery. Tidak ada konsep "one stop shopping"

3. Kehadiran Alfa Malang di awal tahun 1990-an revolusioner, karena harganya yg lebih murah dan baru sekali itu warga Malang melihat supermarket didirikan di bekas gudang, tidak sbg tenant di mall. Supermarket non-tenant sebelum Alfa adalah Tiara, sekarang lokasinya jadi Hotel Regent.

4. Jalan Kenjeran di tahun 80-an tidak ada lampunya dan sempit, tidak banyak bangunan. Perjalanan dari pantai ria Kenjeran (yg waktu itu masih ramai & ekslusif) ke kota melewati jalan raya Kenjeran yg gelap selama bbrp km.

5. Jalan Nginden di tahun 1994 masih satu arah ke selatan. Pasangannya adalah Jl Barata Jaya 19 & Bratang Binangun yg satu arah ke utara. Ngagel Jaya Selatan depan Ubaya Ngagel satu arah ke Timur. Jl. Manyar dua arah. Tahun 1996 Jl Nginden diperlebar sehingga bisa jadi 2 lajur mulai terminal Nginden, tapi masih tetap satu arah sampai tahun 1999, waktu seluruh pertokoan di sisi timur kali Manyar digusur total menjadi lajur ke selatan.

6. Tahun 80-an hampir semua jalan di Surabaya dua arah.

7. Tahun 1994 Surabaya tidak macet.

8. Tahun 1994 Jl Mulyosari sepi, dan ruko2nya belum sehidup sekarang. Banyak ruko yg tidak laku dijual/disewakan. Jalannya juga masih rusak. Kondisi jl Raya ITS juga masih seadanya. Pakuwon Laguna Indah belum ada.

9. Warung/depot Nasi Padang dan Pempek di Surabaya masih bisa dihitung dgn jari pada tahun 2000.

10. Jl Ngagel Jaya Selatan baru dipasang pembatas lajur tahun 1997/98-an.

11. Pemandangan di Jl A. Yani tidak banyak berubah selama 10 tahun terakhir, kecuali tambahan Rumah makan Primarasa, Alfa (sekarang Carrefour), Cito, Maspion Square (Giant), Royal Plaza, dan para pedagang helm.

Read Users' Comments (0)

Kemiskinan dan kebodohan : Salah urus bangsa ini

Sering sekali kita dengar berbagai pendapat tentang kemiskinan dan kebodohan yang mempurukkan bangsa ini. Ada yang mengungkapkan dengan nada positif, berharap masalah itu beres, ada juga bernada tidak mau tahu, pokoknya miskin & bodoh salah sendiri. Bukan melulu salah orang miskin/bodoh itu juga, tapi salah pemerintah, salah rakyat, pendek kata - kesalahan kita semua, meskipun yang paling bersalah jelas Orde Baru.

Orde Baru (Orba) tidak pernah menaruh perhatian besar pada pendidikan. Sebagai rezim represif yg berkuasa secara militeristik, bagi para pejabat militer jaman itu jauh lebih penting menjaga status quo agar bisa terus berkuasa daripada mengakomodasi suara-suara yang hendak mengarahkan bangsa ini menjadi lebih baik. Alhasil, lambat namun pasti semakin banyak anak yang tidak lulus SD, SMP, SMA, bahkan tidak pernah sekolah sama sekali. Pemerintah buta oleh angka pertumbuhan ekonomi yg bagus, tidak sadar banyak masalah bangsa yang semakin kronis
hari lepas hari. Pelanggaran HAM semakin banyak dilakukan, mulai dari kasus Priok, Marsinah, Warsidi, dlsb.

Ketika bangsa ini memasuki masa Reformasi, penetrasi Internet dan media mencelikkan mata kita semua betapa bangsa ini sangat ketinggalan dan dilecehkan di mata dunia. Perekonomian yang ambruk, pengangguran yg menjadi-jadi, naiknya angka kemiskinan, munculnya kerusuhan2 bernuansa SARA, semua membuka mata kita semua bahwa telah terjadi salah urus yang sangat-sangat fatal. Sekarang, setelah 10 tahun berlalu masih belum banyak yg sudah kita lakukan untuk mengejar ketertinggalan kita, namun memang sudah lebih baik. Pendidikan diperhatikan, tata pemerintahan diatur sebaik mungkin, korupsi diberantas, demokrasi ditumbuh kembangkan, aspirasi masyarakat diakomodasi, jiwa wiraswasta (enterpreneurship) ditumbuh kembangkan. Memang sudah pada jalurnya.

Namun mari kita lihat masalah yang tersisa : 50% penduduk masih berpendidikan di bawah SMA, atau tidak pernah sekolah. Meskipun sekolah tidak selalu menjamin kehidupan yang lebih baik, namun setidaknya sekolah memberikan bekal & keterampilan untuk bertahan hidup dalam era Globalisasi sekarang, dimana persaingan sudah sangat keras. Setiap hari muncul OKB (orang kaya baru) namun jangan lupa juga ada OMB (orang miskin baru). Saya pernah memiliki tetangga yang memanjakan anak-anaknya, dan setelah anak mereka besar malah tidak mau bekerja, menganggur terus karena tidak memiliki keterampilan, tidak memiliki niat bekerja. Salah satu dari anak mereka malah ada yg akan diceraikan istrinya. Saat ini ortu mereka masih hidup, masih bisa mencukupi kebutuhan anak2 tidak berguna tsb, namun setelah ortu mereka meninggal, apa anak2nya tidak menjadi OMB ?

Depdiknas sudah merintis sekolah-sekolah untuk mendidik anak2. Saya punya kekuatiran, banyak ortu yg merasa pendidikan tidak ada gunanya, lebih baik anak2 mereka membantu pekerjaan ortu daripada membuang2 uang dan waktu. Saya katakan, memang tidak langsung kelihatan manfaatnya, namun ketrampilan mencari nafkah dan hidup bermasyarakat yang diajarkan di sekolah sangat tidak ternilai artinya bagi mereka yg sudah menapaki masa dewasa. Tanpa ilmu bagaimana orang bisa mencari nafkah, dan tanpa nafkah masa depannya sudah jelas : MISKIN.

Masih berkaitan dengan kemiskinan, masyarakat kita punya kebiasaan2 buruk yg sulit dihilangkan dan saling berkaitan : BOROS, tidak bisa mengelola keuangan, dan berHUTANG. Paling umum dilakukan oleh mereka yg OKB. Akibatnya bisa ditebak, kesejahteraan mereka hanya bertahan sebentar. Mengapa mereka berperilaku demikian : jelas karena tidak berpendidikan. Kita harus berhemat dalam segala hal. Kebiasaan boros ini sudah mengantarkan banyak institusi dan warga Amerika terpuruk dalam krisis ekonomi yg tidak berakhir. Hutang menumpuk, mungkin kelihatan sepele tapi hutang adalah hutang, meskipun tidak ada uang hutang tetap harus dibayar. Bahkan di mata hukum nyaris tidak ada perbedaan antara berhutang dan menggelapkan/mencuri uang !! Bila saya meminjamkan uang pada teman saya di pagi hari lalu sorenya saya lapor polisi atas pidana penggelapan ybs, maka teman saya akan dihadapkan ke pengadilan dan bisa divonis penjara. Jadi kita tidak bisa main2 dengan hutang, apapun bentuknya. Usahakan jangan berhutang, atau cepat/lambat kita akan diperbudak oleh pihak yang meminjami kita uang....

Read Users' Comments (0)